Dan.... kekhawatiran itupun terjadi....


Pagi hari jam 9.11 Wib saya mengantarkan isteri ke rumah sakit Budi Kemuliaan untuk mengecek (USG ke 3) pada kehamilan 8-9 minggu. Perjalanan dengan menggunakan mobil tua merk Nissan Sunny keluaran tahun 1997 eks taxi dengan beberapa lecet di bamper depan menemani kami dengan setia. 

Dengan memutar cd musik dan menyalakan ac mobil yang sebenarnya tidak terlalu dingin (hanya kipasnya aja yang keluar kemungkinan isi freonnya sudah habis) melaju dengan santai menuju jalan raya. Perjalanan kami menggunakan jalur lambat di daerah Kuningan sambil berbincang-bincang antara saya dan isteri tercinta dengan menikmati lagu kenangan yang dinyanyikan oleh ...... yang berjudul Bukit Berduri. 

Perbincangan kami bermacam-macam dari masalah pekerjaan di sekolah, pertemanan dengan sesama guru, anak kami yang sedang berkunjung ke rumah sepupunya di Cempaka Putih hingga masalah kandungan yang harus terus diperiksa oleh dokter. 

Sampai di Rs Budi Kemuliaan jam 10.16 wib dan kami pun mengontak dokter yang biasa kami temui dan memang sudah janji untuk usg. dr. Ambun Suri adalah dokter yang bekerja di rumah sakit mempersilahkan kami menemuinya di lantai 3 kamar 306. Dengan langkah kaki yang saling kejar kejaran dengan kaki para pengunjung rumah sakit memasuki lift di lantai 1.  

Lantai 3 yang kami tuju sudah terlihat ketika pintu lift terbuka. Suasana ruangan di lantai ini sungguh indah dan bersahaja. Kursi lembut berjejer tiga dengan saling membelakangi satu dengan yang lainnya. Di tambah saluran televisi yang selalu menyala berdasarkan chanel yang sudah di seting oleh petugas rumah sakit. Kami menuju salah satu kursi kosong yang tersedia. Beberapa saat kemudian dokter Uun (panggilan akrabnya) sudah datang dan mempersilahkan kami untuk masuk. 

Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk usg tersebut. dr Uun berkata ,"Bu Ririn ... kandungan nya cukup bagus, tapi sayang janinnya tidak berkembang". Lalu saya bertanya ke dokter Uun, "Dok... lalu apa yang harus kami lakukan..? ", dengan memperlihatkan di layar monitor dokter Uun menjawab. "Sabar pak,,, kami akan memberikan obat ke ibu Ririn agar janin yang tidak berkembang ini dapat keluar seperti haids". 

Beberapa saat kemudian, dr Uun menuliskan resep untuk membeli obat penghancur (merontokkan janin secara alamiah tanpa di curet) di apotik rumah sakit tersebut. 

Setelah membayar di kasir dan mengambil obat di apotik, kamipun meninggalkan rumah sakit dengan perasaan sedikit gundah dan sedih. Anak yang kami idam-idamkan selama hampir 9 tahun akan hilang dengan obat yang kami beli di apotik. 

Perjalanan menuju rumah melewati jalur monas dan thamrin. Di beberapa titik sudah banyak panggung yang sudah disiapkan oleh beberapa stasiun televisi untuk menyiarkan situasi dan pergantian tahun. 
Jalan protokol yang biasanya ramai dan padat pada hari ini tanggal 31 Desember agak lenggang. Libur Natal dan tahun baru banyak dimanfaatkan untuk berlibur ke luar kota. 

Kemeriahan dan keceriaan memancar dari para personil televisi yang sudah mempersiapkan dengan matang. Bertolak belakang dengan kami yang sengaja mengambil jalur cepat agar dapat sampai rumah dengan waktu yang lebih cepat. Di dalam mobilpun perasaan dan lamunan kami berbeda-beda tapi intinya adalah berusaha untuk menerima keadaan ini dengan ikhlas dan sabar.

Do'a dan harapan kami haturkan kepada sang pencipta semoga kejadian ini  mampu melewatinya dan membuat lebih sabar dan tawakal. 

Medio, 31 Des 2012

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.